Sabtu, 09 Mei 2015

Jenis-Jenis Tanaman Pestisida Nabati



Tugas


DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
(JENIS-JENIS TANAMAN PESTISIDA NABATI)
Capture
 









OLEH :
MUHAMAD AKBAR ALI (D1113029)


JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS HALU OLEO
KENDARI
2015

JENIS-JENIS TANAMAN PESTISIDA NABATI


1.    Pestisida Nabati Daun Gamal (Gliricidia maculata)

Daun Gamal mengandung tanin
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Hancurkan daun gamal segar 100 – 150 gr, dengan penambahan air 250 ml (bisa diblender) sampai menjadi larutan.
b. Larutan tersebut dimasukkan dalam kantong plastik dan peras (dapat pula disaring), lalu hasil penyaringan ditampung dalam ember ukuran 10 liter.
c. Tambahkan 250 ml minyak tanah dan 50 gr detergen lalu aduk sampai rata.
d. Tambahkan 8 liter air, aduk sampai rata.
e. Larutan tersebut disemprotkan ke pertanaman dengan menggunakan alat semprot.

2. Pestisida Nabati Pacar Cina (Aglaia odorata Lour)
Kandungan : minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, tanin
Kegunaan : mengendalikan hama ulat.
Cara pembuatan :
a. Hancurkan ranting 50 – 100 gr atau kulit batang pacar cina dengan ditambah 1 liter air dan 1 gr detergen (dapat pula direbus selama 45 – 75 menit) hingga menjadi larutan.
b. Larutan tersebut disaring dengan menggunakan kain atau saringan halus.
c. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
3 . Pestisida Nabati Rendaman Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.)
Kandungan : nikotin
Kegunaan : mengendalikan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Daun tembakau 250 gr (empat genggam) dirajang dan direndam dalam air 8 liter selama semalam.
b. Daun tembakau diambil dan tambahkan 2 sendok teh detergen dalam larutan hasil rendaman.
c. Larutan diaduk merata, lalu saring.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.

4. Pestisida Nabati Daun Sirih Hutan (Piper betle)
Kandungan : fenol, kavokol
Kegunaan : mengendalikan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Tumbuk sampai halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 umbi bawang merah, dan 5 batang serai.
b. Tambahkan 8 – 10 liter air dan 50 gr ditergen, lalu aduk sampai rata dan menjadi larutan.
c. Saring larutan lalu disemprotkan ke pertanaman.

5. Pestisida Nabati Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst)
Kandungan :diosgenin, steroid, saponin, alkaloid, fenol
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Tumbuk sampai halus 500 gr umbi gadung lalu diperas dengan bantuan kantong kain halus.
b. Tambahkan 10 liter air ke dalam larutan hasil perasan lalu diaduk sampai rata.
c. Saring larutan lalu disemprotkan ke pertanaman.

6. Pestisida Nabati Mimba (Azadirachta indica Juss )
Kendungan : azadirachtin Salanin, nimbenin, meliantriol
Kegunaan : mengendalikan ulat, hama pengisap, jamur, bakteri, nematoda dan sebagainya.
Cara pembuatan (dengan biji) :
a. Biji mimba sebanyak 200 – 300 gr ditumbuk halus.
b. Serbuk biji mimba tersebut direndam dalam 10 liter air selama semalam.
c. Larutan diaduk sampai rata lalu saring dengan kain halus.
d. Larutan disemprotkan ke pertanaman.
Cara pembuatan (melalui daun) :
a. Daun mimba kering 1 kg ditumbuk halus.
b. Rendam serbuk daun mimba tersebut ke dalam 10 liter air selama semalam.
c. Larutan diaduk sampai rata dan saring dengan kain halus.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.

7. Pestisida Nabati Daun Pepaya (Carica papaya)

Kandungan : Papain
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Rajang 1 kg daun pepaya segar.
b. Daun pepaya yang telah dirajang kemudian direndam dalam 10 liter air dan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr detergen selama semalam.
c. Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.

8. Pestisida Nabati Biji Jarak (Jatropha curcas L)

Kandungan : resinin, alkaloid
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap (bentuk larutan), mengendalikan nematoda (bentuk serbuk).
Cara pembuatan :
a. Tumbuk 0,75 kg biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam 2 liter air yang telah ditambah.
b.Saring larutan tersebut dan tambah dengan 10 liter air.
c. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.

9. Pestisida Nabati Serbuk Bunga Piretrum (

Kandungan : pinetrin
Kegunaan : mengendalikan ulat.
Cara pembuatan :
a. Tumbuk hingga halus bunga piretrum.
b. Serbuk bunga piretrum direndam sebanyak 25 gr dalam 10 liter air + 10 gr, aduk sampai rata lalu biarkan sampai malam.
c. Larutan disaring lalu hasilnya disemprotkan ke pertanaman.

10. Pestisida Nabati Bawang Putih (Alium Sativum)

Kegunaan : efektif untuk mengendalikan beberapa jenis hama tanaman.
Cara pembuatan :
a. Parut 100 gr bawang putih, campur dengan 0,5 liter air, 10 gr detergen dan 2 sendok teh minyak mineral.
b. Diamkan selama 24 jam, lalu disaring dengan kain halus.
c. Larutan hasil penyaringan diencerkan hingga volumenya 20 kali dan semprotkan ke tanaman.

11.Pestisida Nabati Mindi atau Melia Azedarach (Melia azedarach L.)
Tanaman mindi bentuknya hampir sama dengan tanaman mimba dan memiliki kandungan zat yang sama dengan mimba. Zat yang terkandung dalam tanaman mindi adalah azdirachtin, triol, dan salanin. Walaupun memiliki kandungan yang sama, namun keampuhan dalam mengendalikan hama, tanaman mindi lebih rendah daripada mimba. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Tanaman mindi biasanya digunakan untuk mengendalikan hama kutu dan ulat yang menyerang tanaman sayuran.
Daun Dan Bunga Mindi Untuk Pestisida Nabati
Pestisida nabati biji mindi dibuat dengan menumbuk bijih sampai halus, kemudian dicampur dengan air. Campuran atau larutan ini diaduk sampai rata dan didiamkan selama satu malam, atau 24 jam. Campuran atau larutan kemudian disaring menggunakan saringan halus. Hasil saringan dapat digunakan secara langsung untuk membasmi hama atau penyakit.
Sedangkan pestisida dari daun mindi dibuat dengan menumbuk atau memblender daun mindi sampai halus. Daun mindi halus kemudian dicampur atau dilarutkan dalam air dengan ditambah sedikit detergen. Larutan atau campuran ini didiamkan selama 24 jam. Kemudian saring larutan. Larutan Hasil saringan dapat dugunakan secara langsung pada tanaman.





12. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)
Kenikir lebih dikenal oleh masyarakat di daerah Jawa Barat sebagai lalapan. Namun demikian kenikir dapat pula digunakan sebagai bahan untuk pestisida nabati yang bermanfaat mengendalikan berbagai hama yang biasa menyerang tanaman sayuran. Pestisida nabati dari daun kenikir dapat digunakan untuk mengendalikan hama ulat daun yang menyerang tanaman sayuran.
Tanaman Kenikir Untuk Pestisida Nabati
Pestisida nabati dari kenikir dibuat dengan menghaluskan campuran antara 500 gram daun kenikir dan 500 gram daun culan dengan menggunakan blender atau ditumbuk.  Campuran ini kemudian dilarutkan dalam air satu liter. Larutan didiamkan selama satu malam/24 jam. Saring larutan yang telah didiamkan satu malam tersebut. Larutan hasil saringan ditambah sedikit detergen. Detergen berfungsi sebagai pengempulsi larutan. Larutan pestisida ini diaplikasikan dengan  mengencerkan 500 ml larutan ke dalam 10 liter air, baru kemudian digunakan.
Beberapa artikel yang membahas tentang biopestisida yang menggunakan bahan hayati dan nabati dapat dibaca pada artikel di bawah. Untuk dapat membaca artikel tersebut, Klikl Judul yang sesuai.
13. Gulma Siam (Chromolaena odorata)
C. odorata adalah gulma siam yang masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim yang dapat tumbuh dua sampai tiga meter pada tempat terbuka dan dapat mencapai dua puluh meter apabila tumbuh memanjat pada pohon. Gulma ini dinyatakan sebagai gulma penting karena jumlahnya/kelimpahannya sangat besar (Hidayah, 2007).
Tanaman ini mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella xylostella, Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua (Haryati dkk, 2004). Pemanfaatan C. odorata sebagai pestisida nabati telah dimulai pada beberapa hama antara lain pada ordo Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera dan Isoptera. Variasi aktivitasnya bisa berupa efek insektisidal atau repelen tergantung spesies hamanya. Adanya efek biocidal dari ekstrak C. odorata diduga karena peran dari satu atau beberapa senyawa-senyawa yang terkandung dalam C. odorata. Dari isolasi gulma ini berhasil ditemukan sejumlah alkohol, flavononas, flavonas, khalkones, asam aromatik dan minyak esensial. Minyak esensial dari daun gulma ini diduga dapat menimbulkan efek pestisidal dan nematisidal.
Ditemukan juga sejenis alkaloid yang oleh Moder (2002) cit Haryati et al.,(2004) disebut Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang dalam kaitannya dengan serangga, PAs ini berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal. Selain itu secara umum juga sebagai repelen bagi hewan yang tidak teradaptasi dengan senyawa tersebut (PAs) dan sebagai alat proteksi bagi tanaman yang memproduksinya. PAs mempunyai peran yang lebih kompleks dibanding dengan senyawa lain yang dikandung oleh C. odorata, sehingga kajian tentang PAs ini sudah lebih komprehensif dan maju.

14. Krisan (Chrysanthenum cierarianefolium)






Merupakan tumbuhan semak dengan tinggi 20 cm ± 70 cm. Bagian tumbuhan yang dapatdigunakan sebagai pestisida adalah bunganya dengan bahan aktif berupa piretin dengan kandungan antara0,73 % - 2,91 %. Pestisida alami ini diperolehdengan mencampurkan satu kilogram bubuk bungakrisan dengan 3,4 liter etanol. Dari campuran itu, dihasilkan 1,6 liter piretrin, yaknisenyawa kimia yang dapat menyerang urat saraf pusat serangga dan tidak berbahaya bagilingkungan di sekitarnya. Tepung bunganya pada konsentrasi 0,5 % dapat untuk mengendalikan hama gudang (Aditya dkk, 2010).



15. Saga (Abrus precatorius)
Merupakan tanaman perdu memanjat yang banyak tumbuh di tempat dengan ketinggian 1 m ± 1000 m dpl.Batang kecil dengan tinggi pohon mencapai 2 ± 5 m. Bijisaga mengandung bahan aktif insektisida berupa tanin dantoksabulmin. Dengan menumbuk biji menjadi tepung terigukonsentrasi 5 % dapat digunakan untuk mengendalikan hama gudang seperti Sitophilus sp. selama 3 bulan. (Aditya dkk, 2010).

16. Daun Cengkeh( Syzygium aromaticum (L)
Seringkali petani menyimpan benih-benih palawija untuk ditanam kembali dalam waktu yang lama,dan ketika dibuka ternyata banyak hama gudangnya. Entah itu Callusobrocus sp ataupun Sitopylus sp. Saat ini jarang sekali petani yang memperlakukan pengendalian hama terhadap hama gudang.Padahal ada perlakuan untuk mengendalikan hama gudang yang mudah dan murah, Cara pembuatanya yaitu:
- Kering anginkan daun cengkeh secukupnya. Daun cengkeh dikeringkan tetapitidak   dijemur tapi cukup diangin-anginkan saja
- Potong-potong daun cengkeh tersebut mencadi ukuran kecil-kecil 0,5 cm X 0,5cm.
- Sebelum benih dimasukkan, masukkan daun cengkeh tadi sebanyak 2% dari bobot benih.
-Batasi antara daun cengkeh dan benih tadi dengan kain bekas
-Lalu masukkan benih secara perlahan-lahan
-Tutupi permukaan benih tadi dengan kain bekas yang lainnya lagi.
-Taburi daun cengkeh lagi diatas permukaan kain bekas tadi sebanyak 2% dari total bobot benih.
-Tutup rapat benih wadah benih tadi.Dengan cara tersebut aman dari hama gudang sampai saat tiba waktunya akandigunakan. Kenapa daun cengkeh sangat efektif untuk mengendalikan hama gudang,karena didalamnya mengandung senyawa metil eugenol dkk yang sangat beracun bagiserangga dan bakteri. Kalau untuk penyimpanan benih untuk konsumsi penulis belum pernah menyelidiki sejauh mana pengaruh baunya. (Aditya dkk, 2010).
17. Serai wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)
Serai wangi dapat tumbuh di tempat yangkurang subur bahkan di tempat yang tandus. Karenamampu beradaptasi secara baik denganlingkungannya, serai wangi tidak memerlukan perawatan khusus. Manfaat :Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida yaitu untuk insektisida, bakterisida,dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri darisenyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptenol dan dipentena.Daun dan tangkainya menghasilkan minyak asiri yang dapat digunakan untuk mengusir nyamuk dan serangga.
Secara tradisional dapat dilakukan dengan cara : Daun dan tangkainya ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25-50gr/l; Kemudian endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yangsiap diaplikasikan; Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan. Sedangkan untuk pengendalian hama gudang dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga didapatkan abu, lalu sebarkan/letakkan didekat sarang ataudijalur hama tersebut mencari makan (Aditya dkk, 2010).












DAFTAR PUSTAKA










Makala Pengendalian Gulma Secara Terpadu



Makala
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN
TANAMAN
( PENGENDALIAN GULMA SECARA TERPADU )


Capture
 









OLEH :
MUHAMAD AKBAR ALI (D1 A1 13 029)



JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS HALU OLEO
KENDARI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tumbuhan sangat penting bagi mahluk hidup, selain sebagai penguat struktur tanah dan sumber makanan tumbuhan juga memiliki nilai kegunaan dan keindahan. Tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan sedangkan gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian.
Menurut Sukman (2002) gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Gulma yang tumbuh pada tempat tanaman berasal dari biji gulma itu sendiri yang ada di tanah. Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman tanaman perlu diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang sesuai. Selain jenis gulma, persaingan antara tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitan dengan waktu pengendalian yang tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu diperhatikan karena dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang meracuni tanaman (Monaco, 2002).
Gulma adalah  suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat  atau disekitar tanaman pokok tersebut (Ashton, 1991).  Pendapat para ahli gulma yang lain  ada yang mengatakan  bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu  atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.
            Maka olehnya perhatian kepada tumbuhan gulma perlu di sikapi dengan serius karena hal ini yang merupakan banyaknya tanaman pertanian mengalami kerugian yang tak terhingga. Sehingga petani (pelaku usaha pertanian) mengalami kerugian secara ekonomis yang jumlah harga produksi tidak dominan dari pada hasil yang di usahakan yang akibat dari ulah gulma atau tumbuhan tak di kehendaki kehadiranya tersebut.


B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Gulma ?
2. Bagaimana Klasifikasi Gulma ?
3. Apa Saja Kerugian Yang Di Timbulkan Oleh Gulma?
4.Bagaimana Cara Pengendalian Gulma Secara Terpadu?

C. Tujuan dan Manfaat
Hakekat dari niat di buatnya makala ini yaitu agar penulis dan pembaca dapat memahami eksistensi atau tata cara pengendalian gulma secara terpadu.  Dengan demikian dapat memudahkan kita untuk menghadapi masalah pertanian terkait dengan gulma. Selain itu inti atau maksud dari pembuatan makala ini untuk memenuhi seruan tugas yang di berikan oleh Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.






BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gulma
Menurut Klingman (1984) cit. T. Wahyudi dkk (2010), gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki.  Gulma juga didefinisikan sebagai tumbuhan yang kehadirannya pada lahan pertanian dapat menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya beragam bergantung dari jenis tanaman yang diusahakan, iklim, jenis gulma, teknik budidaya yang diterapkan serta faktor lainnya.  Kehadiran gulma di lahan tembakau Vorstenlanden sebenarnya tidak menjadi permasalahan yang serius karena teknik budidaya yang diterapkan khususnya dalam pengolahan tanah dilakukan secara intensif.  ”Gejoh” untuk pemeliharaan tanaman atau dalam istilah lainnya ”dangir” selain berfungsi untuk menciptakan lingkungan pertumbuhan yang diinginkan oleh perakaran tembakau (kondisi aerasi dan drainase yang optimum), juga berfungsi untuk sanitasi lahan.  Pada pelaksanaan perlindungan tanaman pun untuk menciptakan kebersihan lingkungan dilakukan tindakan preventif dengan membersihkan gulma yang disinyalir dapat menjadi tempat persembunyian hama maupun penularan penyakit.
Gulma memiliki ciri khas diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, mempunyai daya saing yang kuat dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidupnya, mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, mempunyai daya berkembang biak yang besar secara vegetatif atau generatif, alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun binatang, dan bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan.
Gulma didefinisikan sebagai kelompok jenis tumbuhan yang hidupnya atau tumbuhnya tidak dikehendaki oleh manusia karena dianggap mengganggu dan bisa merugikan hasil tanaman yang dibudidayakan bersifat kuantitatif (kerugian dalam bentuk jumlah atau dapat diwujudkan dengan angka) dan bersifat kualitatif (kerugian dalam bentuk kualitas hasil pertanian yang tidak dapat diwujudkan dengan angka). Gulma juga dapat diartikan sebagai Tumbuhan Pengganggu Tanaman Budidaya.





Beberapa tanggapan mengenai definisi gulma ada beberapa pendapat yakni :
· Tumbuhan yang salah tempat.
·  Tumbuhan yang tidak diinginkan.
·  Tumbuhan yang tidak dikehendaki.
·  Tumbuhan yang tidak diusahakan.
·  Tumbuhan yang merugikan.
·  Tumbuhan tidak sedap dipandang mata.
·   Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai positifnya.
·   Tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya.

B. Klasifikasi Gulma
Klasifikasi gulma atau pengelompokan gulma berdasarkan kesamaan aspek-aspek biologi yang terkait dengan adaptasi lingkungan, kemampuan bersaing terhadap tanaman pokok, atau responnya terhadap tindakan pengendalian, maka gulma diklasifikasikan :
1.     Berdasar sifat morfologi dan respon terhadap herbisida :
a. Grasses (Kelompok rumput), yaitu jenis gulma dari suku Poaceae yang biasanya memiliki ciri-ciri berdaun pita. Contoh : Famili Gramineae, Imperata cyllindrica (Alang-alang), Paspalum konjugatum (Pahitan), Cynodon dactylon (Grinting).
b.  Sedges (Kelompok teki), yaitu jenis-jenis gulma dari Famili Cyperaceae. Contoh : Cyperus rotundus (Teki).
c. Broadleaf Weeds (Kelompok gulma berdaun lebar), yaitu kelompok gulma selain dari famili Poaceae dan Cyperaceae. Umumnya dicirikan berupa tumbuhan berkeping dua dan tidak berdaun pita. Contoh : Ageratum conyzoides (Wedusan).
d. Fern (Pakisan), yaitu kelompok gulma yang berasal dari keluarga pakisan/paku-paku.
2.      Berdasar daur hidup
a). Annual Weeds (Gulma semusim), memiliki ciri-ciri : umur kurang dari 1 tahun, organ perbanyakan berupa biji, umumnya mati setelah biji masak, produksi biji melimpah untuk regenerasi. Contoh : Eluesine indica, Cyperus iria, dsb.
b). Biennial Weeds (Gulma dwi musim), memiliki ciri-ciri : umur 1 – 2 tahun, tahun pertama membentuk organ vegetatif dan tahun kedua menghasilkan biji. Contoh : Typhonium trilobatum, Cyperus difformis.
c).Perennial Weeds (Gulma tahunan), memiliki ciri-ciri : umur lebih dari 2 tahun, perbanyakan vegetatif dan atau generatif, organ vegetatif bersifat dominasi apikal sehingga cenderung tumbuh pada ujung, bila organ vegetatif terpotong-potong semua tunasnya mampu tumbuh. Contoh : Imperata cyllindrica (Alang-alang), Chromolaena odorata, Cyperus rotundus.
3Berdasarkan habitat
a)   Terrestrial Weeds (Gulma darat)
b)  Aquatic Weeds (Gulma air)
c)  Areal Weeds (Gulma menumpang pada tanaman)
d)  Berdasarkan tipe cara tumbuhnya :
e)  Erect / tumbuh tegak
f)   Creeping / tumbuh menjalar
g)  Climbing / tumbuh memanjat
4.      Berdasarkan struktur batang
a)  Herba / tidak berkayu
b) Vines / sedikit berkayu
c)  Woody Weeds / berkayu
C.  Kerugian Akibat Gulma
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyatataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dangulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di sampingfaktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkanoleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Dinegara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi jugamempengaruhi persediaan pangan duniaTanaman perkebunan juga mudah terpengaruholeh gulma, terutama sewaktu masih muda.Apabila pengendalian gulma diabaikan samasekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total.Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akanmemperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk prosesfotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupunkuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %;tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi,terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruanglingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-bijigulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagitanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4.Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan. 
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya  Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinyamenyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktudalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.8. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok ( Eichhornia crssipes).
Terjadi pemborosan air karena penguapandan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulauterapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zatoksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air.Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripadakerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia,India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama.








D. Cara Pengendalian Gulma
v  Sistem pengendalian Gulma Secara Terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Dengan mendasarkan pada alternatif pengendalian yang tersedia, maka dipilih dua cara pengendalian yaitu pengendalian menggunakan herbisida dan pengendalian secara mekanis.
Untuk mengendalikan jenis gulma yang dominan yaitu gulma berdaun sempit digunakan herbisida purna tumbuh yang bekerja sebagai racun sistemik berspektrum luas dan berbahan aktif Isopropilamina glisofat 486 g/l.
Pengendalian dengan herbisida purna tumbuh berbahan aktif isopropilamina glisofat 486 g/. :
Berdasarkan pengamatan pada aplikasi herbisida, gulma yang diperlakukan dengan semprot herbisida purna tumbuh berbahan aktif isopropilamina glisofat 486 g/ dosis 50 cc/liter baru menampakkan rumput pada kondisi bunga yang mulai menguning seperti terbakar, tetapi belum mati.  Untuk gulma yang berdaun lebar gulma mati ditandai dengan mengeringnya daun. Pengendalian gulma menggunakan herbisida pada saat areal tembakau siap untuk ditanami ternyata belum bisa memberikan hasil yang nyata. Karena pengendalian ini sifatnya mendesak untuk perlindungan tanaman (mengantisipasi kerugian yang ditimbulkan akibat gulma) pada areal tembakau yang akan ditanami, maka tindakan pengendalian menggunakan herbisida purna tumbuh yang diaplikasikan kurang efektif untuk dilakukan.  Maka kemudian diputuskan dilakukan pengolahan tanah ulang dengan bajak menggunakan hand traktor.  Kemudian lahan dirata dan dapat ditanami tembakau.  Setelah ditanami tanaman umur H+7 – 10, saatnya dilakukan G1 (Gejoh / dangir 1) pertumbuhan gulma pada lahan yang diaplikasi herbisida purna tumbuh laju pertumbuhan gulma lebih lambat, dibandingkan lahan yang tanpa aplikasi gulma atau yang hanya dilakukan pengolahan tanah berulang saja.
Selain itu ada pula teknik Pengendalian gulma secara terpadu diantaranya  dapat dilakukan sebagai berikut:
1.Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa.
Sekitar 2-3 minggu gulma yang sedang tumbuh aktif disemprot dengan herbisida sistemik, seperti glifosat dengan takaran 4-6 liter per hektar. Setelah 2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi dalam barisan. Upaya penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca-tumbuh, seperti 2,4-D amina dengan takaran 1,5 liter per hektar yang diaplikasikan pada umur 2-3 minggu setelah tanam padi.
2.Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah.
Selanjutnya dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh, seperti Oxadiazon dengan takaran 2 liter per hektar. Penyiangan dilakukan secara manual satu kali pada umur 35 hari setelah tanam padi.
Ø Penyemprot Punggung
Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat penyemprot punggung. Alat ini terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu.
Ø Nosel
Nosel yang tepat untuk aplikasi herbisida adalah nosel polijet yang memenuhi pola semprot berbentuk kipas. Nosel tersebut di bagi atas 4 macam warna, yaitu merah, biru, hijau, dan kuning yang masing-masing menghasilkan lebar semprot optimum yang berbeda, sehingga pemakaiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Jangan menggunakan nosel kembang dan nosel kerucut karena tidak memberikan hasil semprotan yang baik.
Warna nosel
Lebar Semprotan (m)
Kesesuaian Penggunaan dalam Penyemprotan
Merah Biru
Hijau
Kuning
2,0 1,5
1,0
0,5
Seluruh areal (total) Pada barisan tanaman
Pada barisan tanaman
Pada barisan tanaman dan setempat
Ø Kalibrasi alat semprot (sprayer)
Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah:
- Menghindari pemborosan herbisida
- Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan Herbisida
- Memperkecil pencemaran lingkungan.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan kalibrasi:
a) Siapkan alat semprot yang baik dengan jenis nosel yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya nosel polijet warna biru lebar semprotnya 1,5 m.
b) Isi tangki alat semprot dengan air bersih sebanyak 2,5 liter.
c) Pompa tangki sebanyak 10-12 kali hingga tekanan udara di dalam tangki cukup penuh.
d) Lakukan penyemprotan pada areal yang akan disemprot dengan kecepatan dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter tersebut habis.
e) Ukur panjang areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter air tersebut.
f) Lakukan penyemprotan sebanyak 3 kali dan hitung panjang serta luas areal yang dapat disernprot seperti contoh berikut.
Panjang dan luasan areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter menggunakan nosel polijet warna biru :
Ulangan
Panjang (m)
Luas (m2)
I II
III
33 33
34
49.5 49.5
51
Rata-rata
33.3
50
Bila luas areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2 ), maka banyaknya air yang dibutuhkan adalah:
Volume air = 10.000 m2 x 2,5 liter air
1,5 m x 33,3m
= 10.000 m2 x 2 5 liter air
50 M2
= 500 liter/ha.
Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pencampur adalah:
Volume herbisida = 15 liter x 3000 ml
500 liter;
= 90 ml herbisida /15 liter air
Ø Cara penggunaan herbisida
Herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar sesuai
petunjuk, yaitu:
- Merata ke seluruh areal sasaran
- Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas
Ø Penggunaan herbisida dengan memakai bahan pelarut air Penyemprotan
- Campurkan herbisida dan air dengan Takaran yang benar
- Aduk hingga tercampur rata
- Semprotkan secara menyeluruh ke seluruh areal pertanaman
Khusus untuk herbisida pra-tumbuh atau pasca tumbuh pada padi sawah, air harus dalam keadaan macak-macak yang dipertahankan selama 4 hari setelah
penyemprotan.
Ø Pengusapan
Pada gulma yang tumbuh jarang tapi berbahaya, cukup dengan mencelupkan sepotong kain pada larutan herbisida lalu dieluskan sampai membasahi gulma tersebut.
Ø Penggunaan Herbisida Tanpa Bahan Pelarut
Bentuk cair yang siap untuk digunakan:
- Tidak memerlukan alat semprot
- Petakan sawah harus dalam keadaan tergenang 2-5 cm
- Percikkan herbisida ke kiri dan ke kanan
- Percikan herbisida yang jatuh ke air akan cepat menyebar membentuk lapisan tipis di dasar air
- Pertahankan genangan air selama 4 hari.
Ø Bentuk Butiran
- Dapat digunakan pada padi sawah
- Sawah harus dalam keadaan tergenang setinggi 2-5 cm selama 4 hari
- Cara penggunaannya ditebar merata ke seluruh petakan sawah
- Dapat membunuh biji gulma akan tumbuh/ berkecambah



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegitatan pertanian yang telah menjadi tradisi masyarakat indonesia pada umumnya yang telah lama terus diadakan pengembangan yang profresif demi tercapainya masyarakat petani yang berdikari. Yang salah satu kegiatan yang menjadi perhatian serius yakni penanggulangan hal-hal yang dapat mengganggu tumbuh kembangnya tanaman pertanian.
 Gulma sebagaimana yang kita ketahui bersama adalah tanaman yang menjadi musuh utama bagi tanaman prioritas. Karena dengan kehadiran gulma dapat mengganggu keberlangsungan tanaman vital. Kerugian-kerugian akibat dari intervensi gulma telah tidak sedikit pada hasil pertanian yang tidak jarang petani mengalami kerugian yang sangat signifikan sehingga menjadikan petani mengalami kerugian akibat dari tidak seimbangnya antara jumlah harga produksi dengan hasil produksi yang telah di upayakan. Tontonan ini sudah menjadi biasa di kalangan masyarakat umum, dimana di setiap mereka melakukan cocok tanam pasti gulma tidak lepas dari tanaman mereka.
Sehingga kadangkala para petani sebagian merasa pasrah dengan keadaan yang menimpa yang pada akhirnya kerugian pun tidak dapat di elakan. Maka olehnya itu pengendalian gulma yang secara masif dengan metode yang pas perlu di galakan dan di suluhkan kepada para petani demi tercapainya minimal tamaman sedikit terhindar dari ekspansi gulma .
Dan pengendalian secara terpadu adalah salah satu upaya untuk bagaiman menghancurkan atau menghilangkan gulma dari sekitar tanaman utama , agar tanaman prioritas dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga dengan demikian dapat memberikan kontribusi keuntungan bagi para pelaku usaha tani.
B. Saran
Melihat perkembangan pertanian di indonesia yang sangat minim, bahkan prospek pertanian kita ketika melihat data BPS indonesia sangat krisis dan jauh tertinggal dalam hal pengelolaan pertanian . Dan tidak mengherankan ketika impor bahan pangan sudah menjadi kebiasaan negara di setiap waktunya. Dan saya sebagai mahasiswa pertania sangat prihatin dengan keadaan negara kita saat ini. Berangkat dari persoalan di belakang saya berharap kepada Bapak/Ibu dosen untuk lebih serius dalam memperhatikan plus memperjuangkan agar bagaiaman pertanian indonesia khususnya daerah Sulawesi Tenggara dapat berdikari minimal dalam bahan pangan, yang tentunya dengan cara-cara yang jenius dan kreativ.

DAFTAR PUSTAKA