Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Pengendalian Gulma Secara Terpadu)
Selasa, 23 Juni 2015
Sabtu, 09 Mei 2015
Jenis-Jenis Tanaman Pestisida Nabati
Tugas
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
(JENIS-JENIS TANAMAN PESTISIDA NABATI)
OLEH :
MUHAMAD AKBAR ALI (D1113029)
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERISTAS
HALU OLEO
KENDARI
2015
1.
Pestisida
Nabati Daun Gamal (Gliricidia maculata)
Daun Gamal mengandung tanin
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Hancurkan daun gamal segar 100 – 150 gr, dengan penambahan air 250 ml (bisa diblender) sampai menjadi larutan.
b. Larutan tersebut dimasukkan dalam kantong plastik dan peras (dapat pula disaring), lalu hasil penyaringan ditampung dalam ember ukuran 10 liter.
c. Tambahkan 250 ml minyak tanah dan 50 gr detergen lalu aduk sampai rata.
d. Tambahkan 8 liter air, aduk sampai rata.
e. Larutan tersebut disemprotkan ke pertanaman dengan menggunakan alat semprot.
2. Pestisida Nabati
Pacar Cina (Aglaia
odorata Lour)
Kandungan
: minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, tanin
Kegunaan : mengendalikan hama ulat.
Cara pembuatan :
a. Hancurkan ranting 50 – 100 gr atau kulit batang pacar cina dengan ditambah 1 liter air dan 1 gr detergen (dapat pula direbus selama 45 – 75 menit) hingga menjadi larutan.
b. Larutan tersebut disaring dengan menggunakan kain atau saringan halus.
c. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
Kegunaan : mengendalikan hama ulat.
Cara pembuatan :
a. Hancurkan ranting 50 – 100 gr atau kulit batang pacar cina dengan ditambah 1 liter air dan 1 gr detergen (dapat pula direbus selama 45 – 75 menit) hingga menjadi larutan.
b. Larutan tersebut disaring dengan menggunakan kain atau saringan halus.
c. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
3 . Pestisida Nabati
Rendaman Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.)
Kandungan
: nikotin
Kegunaan : mengendalikan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Daun tembakau 250 gr (empat genggam) dirajang dan direndam dalam air 8 liter selama semalam.
b. Daun tembakau diambil dan tambahkan 2 sendok teh detergen dalam larutan hasil rendaman.
c. Larutan diaduk merata, lalu saring.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
Kegunaan : mengendalikan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Daun tembakau 250 gr (empat genggam) dirajang dan direndam dalam air 8 liter selama semalam.
b. Daun tembakau diambil dan tambahkan 2 sendok teh detergen dalam larutan hasil rendaman.
c. Larutan diaduk merata, lalu saring.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
4.
Pestisida Nabati Daun Sirih Hutan (Piper betle)
Kandungan : fenol,
kavokol
Kegunaan : mengendalikan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Tumbuk sampai halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 umbi bawang merah, dan 5 batang serai.
b. Tambahkan 8 – 10 liter air dan 50 gr ditergen, lalu aduk sampai rata dan menjadi larutan.
c. Saring larutan lalu disemprotkan ke pertanaman.
Kegunaan : mengendalikan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Tumbuk sampai halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 umbi bawang merah, dan 5 batang serai.
b. Tambahkan 8 – 10 liter air dan 50 gr ditergen, lalu aduk sampai rata dan menjadi larutan.
c. Saring larutan lalu disemprotkan ke pertanaman.
5. Pestisida Nabati Umbi Gadung (Dioscorea
hispida Dennst)
Kandungan :diosgenin,
steroid, saponin, alkaloid, fenol
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Tumbuk sampai halus 500 gr umbi gadung lalu diperas dengan bantuan kantong kain halus.
b. Tambahkan 10 liter air ke dalam larutan hasil perasan lalu diaduk sampai rata.
c. Saring larutan lalu disemprotkan ke pertanaman.
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Tumbuk sampai halus 500 gr umbi gadung lalu diperas dengan bantuan kantong kain halus.
b. Tambahkan 10 liter air ke dalam larutan hasil perasan lalu diaduk sampai rata.
c. Saring larutan lalu disemprotkan ke pertanaman.
6.
Pestisida Nabati Mimba (Azadirachta
indica Juss )
Kendungan :
azadirachtin Salanin, nimbenin, meliantriol
Kegunaan : mengendalikan ulat, hama pengisap, jamur, bakteri, nematoda dan sebagainya.
Cara pembuatan (dengan biji) :
a. Biji mimba sebanyak 200 – 300 gr ditumbuk halus.
b. Serbuk biji mimba tersebut direndam dalam 10 liter air selama semalam.
c. Larutan diaduk sampai rata lalu saring dengan kain halus.
d. Larutan disemprotkan ke pertanaman.
Cara pembuatan (melalui daun) :
a. Daun mimba kering 1 kg ditumbuk halus.
b. Rendam serbuk daun mimba tersebut ke dalam 10 liter air selama semalam.
Kegunaan : mengendalikan ulat, hama pengisap, jamur, bakteri, nematoda dan sebagainya.
Cara pembuatan (dengan biji) :
a. Biji mimba sebanyak 200 – 300 gr ditumbuk halus.
b. Serbuk biji mimba tersebut direndam dalam 10 liter air selama semalam.
c. Larutan diaduk sampai rata lalu saring dengan kain halus.
d. Larutan disemprotkan ke pertanaman.
Cara pembuatan (melalui daun) :
a. Daun mimba kering 1 kg ditumbuk halus.
b. Rendam serbuk daun mimba tersebut ke dalam 10 liter air selama semalam.
c. Larutan diaduk
sampai rata dan saring dengan kain halus.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
7.
Pestisida Nabati Daun Pepaya (Carica
papaya)
Kandungan : Papain
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara pembuatan :
a. Rajang 1 kg daun pepaya segar.
b. Daun pepaya yang telah dirajang kemudian direndam dalam 10 liter air dan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr detergen selama semalam.
c. Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
8.
Pestisida Nabati Biji Jarak (Jatropha
curcas L)
Kandungan : resinin, alkaloid
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap (bentuk larutan), mengendalikan nematoda (bentuk serbuk).
Cara pembuatan :
a. Tumbuk 0,75 kg biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam 2 liter air yang telah ditambah.
b.Saring larutan tersebut dan tambah dengan 10 liter air.
c. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
a. Tumbuk 0,75 kg biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam 2 liter air yang telah ditambah.
b.Saring larutan tersebut dan tambah dengan 10 liter air.
c. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
9.
Pestisida Nabati Serbuk Bunga Piretrum (
Kandungan : pinetrin
Kegunaan : mengendalikan ulat.
Cara pembuatan :
a. Tumbuk hingga halus bunga piretrum.
b. Serbuk bunga piretrum direndam sebanyak 25 gr dalam 10 liter air + 10 gr, aduk sampai rata lalu biarkan sampai malam.
c. Larutan disaring lalu hasilnya disemprotkan ke pertanaman.
10.
Pestisida Nabati Bawang Putih (Alium
Sativum)
Kegunaan : efektif untuk mengendalikan beberapa jenis hama tanaman.
Cara pembuatan :
a. Parut 100 gr bawang putih, campur dengan 0,5 liter air, 10 gr detergen dan 2 sendok teh minyak mineral.
b. Diamkan selama 24 jam, lalu disaring dengan kain halus.
c. Larutan hasil penyaringan diencerkan hingga volumenya 20 kali dan semprotkan ke tanaman.
11.Pestisida Nabati Mindi atau
Melia Azedarach (Melia
azedarach L.)
Tanaman
mindi bentuknya hampir sama dengan tanaman mimba dan memiliki kandungan zat
yang sama dengan mimba. Zat yang terkandung dalam tanaman mindi adalah
azdirachtin, triol, dan salanin. Walaupun memiliki kandungan yang sama, namun
keampuhan dalam mengendalikan hama, tanaman mindi lebih rendah daripada mimba.
Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati adalah daun
dan bijinya. Tanaman mindi biasanya digunakan untuk mengendalikan hama kutu dan
ulat yang menyerang tanaman sayuran.
Daun
Dan Bunga Mindi Untuk Pestisida Nabati
Pestisida nabati biji mindi dibuat
dengan menumbuk bijih sampai halus, kemudian dicampur dengan air. Campuran atau
larutan ini diaduk sampai rata dan didiamkan selama satu malam, atau 24 jam.
Campuran atau larutan kemudian disaring menggunakan saringan halus. Hasil
saringan dapat digunakan secara langsung untuk membasmi hama atau penyakit.
Sedangkan pestisida dari daun mindi dibuat dengan
menumbuk atau memblender daun mindi sampai halus. Daun mindi halus kemudian
dicampur atau dilarutkan dalam air dengan ditambah sedikit detergen. Larutan
atau campuran ini didiamkan selama 24 jam. Kemudian saring larutan. Larutan Hasil
saringan dapat dugunakan secara langsung pada tanaman.
12. Kenikir (Cosmos
caudatus Kunth.)
Kenikir
lebih dikenal oleh masyarakat di daerah Jawa Barat sebagai lalapan. Namun
demikian kenikir dapat pula digunakan sebagai bahan untuk pestisida nabati yang
bermanfaat mengendalikan berbagai hama yang biasa menyerang tanaman sayuran.
Pestisida nabati dari daun kenikir dapat digunakan untuk mengendalikan hama
ulat daun yang menyerang tanaman sayuran.
Tanaman
Kenikir Untuk Pestisida Nabati
Pestisida nabati dari kenikir dibuat
dengan menghaluskan campuran antara 500 gram daun kenikir dan 500 gram daun
culan dengan menggunakan blender atau ditumbuk. Campuran ini kemudian
dilarutkan dalam air satu liter. Larutan didiamkan selama satu malam/24 jam.
Saring larutan yang telah didiamkan satu malam tersebut. Larutan hasil saringan
ditambah sedikit detergen. Detergen berfungsi sebagai pengempulsi larutan.
Larutan pestisida ini diaplikasikan dengan mengencerkan 500 ml larutan ke
dalam 10 liter air, baru kemudian digunakan.
Beberapa artikel yang membahas tentang biopestisida
yang menggunakan bahan hayati dan nabati dapat dibaca pada artikel di bawah.
Untuk dapat membaca artikel tersebut, Klikl Judul yang sesuai.
13. Gulma Siam (Chromolaena odorata)
C.
odorata adalah gulma siam yang
masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim yang dapat tumbuh dua
sampai tiga meter pada tempat terbuka dan dapat mencapai dua puluh meter
apabila tumbuh memanjat pada pohon. Gulma ini dinyatakan sebagai gulma penting
karena jumlahnya/kelimpahannya sangat besar (Hidayah, 2007).
Tanaman ini
mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada
nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga
seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella
xylostella, Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua (Haryati
dkk, 2004). Pemanfaatan C.
odorata sebagai pestisida nabati telah dimulai pada beberapa hama antara
lain pada ordo Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera dan Isoptera. Variasi
aktivitasnya bisa berupa efek insektisidal atau repelen tergantung spesies
hamanya. Adanya efek biocidal dari ekstrak C. odorata diduga karena
peran dari satu atau beberapa senyawa-senyawa yang terkandung dalam C.
odorata. Dari isolasi gulma ini berhasil ditemukan sejumlah alkohol,
flavononas, flavonas, khalkones, asam aromatik dan minyak esensial. Minyak
esensial dari daun gulma ini diduga dapat menimbulkan efek pestisidal dan
nematisidal.
Ditemukan
juga sejenis alkaloid yang oleh Moder (2002) cit Haryati et al.,(2004)
disebut Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang dalam kaitannya dengan serangga, PAs
ini berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal. Selain itu secara umum
juga sebagai repelen bagi hewan yang tidak teradaptasi dengan senyawa tersebut
(PAs) dan sebagai alat proteksi bagi tanaman yang memproduksinya. PAs mempunyai
peran yang lebih kompleks dibanding dengan senyawa lain yang dikandung oleh C.
odorata, sehingga kajian tentang PAs ini sudah lebih komprehensif dan maju.
14.
Krisan (Chrysanthenum
cierarianefolium)
Merupakan
tumbuhan semak dengan tinggi 20 cm ± 70 cm. Bagian tumbuhan yang dapatdigunakan
sebagai pestisida adalah bunganya dengan bahan aktif berupa piretin dengan
kandungan antara0,73 % - 2,91 %. Pestisida alami ini diperolehdengan
mencampurkan satu kilogram bubuk bungakrisan dengan 3,4 liter etanol. Dari
campuran itu, dihasilkan 1,6 liter piretrin, yaknisenyawa kimia yang dapat
menyerang urat saraf pusat serangga dan tidak berbahaya bagilingkungan di
sekitarnya. Tepung bunganya pada konsentrasi
0,5 % dapat untuk mengendalikan hama gudang (Aditya dkk, 2010).
15. Saga (Abrus precatorius)
Merupakan
tanaman perdu memanjat yang banyak tumbuh
di tempat dengan ketinggian 1 m ± 1000 m dpl.Batang kecil dengan tinggi pohon
mencapai 2 ± 5 m. Bijisaga mengandung bahan aktif insektisida berupa
tanin dantoksabulmin. Dengan menumbuk biji
menjadi tepung terigukonsentrasi 5 % dapat digunakan untuk mengendalikan
hama gudang seperti Sitophilus sp.
selama 3 bulan. (Aditya dkk, 2010).
16. Daun Cengkeh(
Syzygium aromaticum (L)
Seringkali
petani menyimpan benih-benih palawija untuk ditanam kembali dalam waktu
yang lama,dan ketika dibuka ternyata banyak hama gudangnya. Entah itu Callusobrocus sp ataupun Sitopylus sp. Saat ini jarang sekali
petani yang memperlakukan pengendalian hama terhadap hama gudang.Padahal ada
perlakuan untuk mengendalikan hama gudang yang mudah dan murah,
Cara pembuatanya yaitu:
- Kering anginkan daun cengkeh secukupnya. Daun
cengkeh dikeringkan tetapitidak dijemur
tapi cukup diangin-anginkan saja
- Potong-potong daun cengkeh tersebut mencadi ukuran
kecil-kecil 0,5 cm X 0,5cm.
- Sebelum benih dimasukkan, masukkan daun cengkeh tadi
sebanyak 2% dari bobot benih.
-Batasi antara daun cengkeh dan benih tadi dengan kain
bekas
-Lalu masukkan benih secara perlahan-lahan
-Tutupi permukaan
benih tadi dengan kain bekas yang lainnya lagi.
-Taburi daun cengkeh lagi diatas permukaan kain bekas
tadi sebanyak 2% dari total bobot benih.
-Tutup rapat
benih wadah benih tadi.Dengan cara tersebut aman dari hama gudang sampai saat
tiba waktunya akandigunakan. Kenapa daun cengkeh sangat efektif untuk
mengendalikan hama gudang,karena didalamnya mengandung senyawa metil eugenol
dkk yang sangat beracun bagiserangga dan
bakteri. Kalau untuk penyimpanan benih untuk konsumsi penulis belum pernah
menyelidiki sejauh mana pengaruh baunya. (Aditya dkk, 2010).
17. Serai wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)
Serai wangi
dapat tumbuh di tempat yangkurang subur bahkan di tempat yang tandus.
Karenamampu beradaptasi secara baik denganlingkungannya, serai wangi tidak
memerlukan perawatan khusus. Manfaat :Tanaman ini dapat digunakan sebagai
pestisida yaitu untuk insektisida, bakterisida,dan nematisida. Senyawa aktif
dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri darisenyawa sitral,
sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptenol dan
dipentena.Daun dan tangkainya menghasilkan minyak asiri yang dapat digunakan
untuk mengusir nyamuk dan serangga.
Secara
tradisional dapat dilakukan dengan cara : Daun
dan tangkainya ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25-50gr/l;
Kemudian endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yangsiap
diaplikasikan; Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan.
Sedangkan untuk pengendalian hama gudang
dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga didapatkan abu,
lalu sebarkan/letakkan didekat sarang ataudijalur hama tersebut mencari makan
(Aditya dkk, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Read more: http://www.ngasih.com/2014/10/11/jenis-jenis-tanaman-penghasil-pestisida-nabati/#ixzz3YGBNVuRY
Makala Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Makala
DASAR-DASAR
PERLINDUNGAN
TANAMAN
( PENGENDALIAN GULMA SECARA TERPADU )
OLEH
:
MUHAMAD AKBAR
ALI (D1 A1 13 029)
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERISTAS HALU
OLEO
KENDARI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan
sangat penting bagi mahluk hidup, selain sebagai penguat struktur tanah dan
sumber makanan tumbuhan juga memiliki nilai kegunaan dan keindahan. Tanaman
adalah tumbuhan yang dibudidayakan sedangkan gulma merupakan tumbuhan yang
berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian.
Menurut
Sukman (2002) gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan
kondisi yang tidak diinginkan manusia. Gulma yang tumbuh pada tempat tanaman berasal
dari biji gulma itu sendiri yang ada di tanah. Jenis-jenis gulma yang
mengganggu pertanaman tanaman perlu diketahui untuk menentukan cara
pengendalian yang sesuai. Selain jenis gulma, persaingan antara tanaman dan
gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitan dengan waktu pengendalian yang
tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu diperhatikan karena dapat mengeluarkan
senyawa allelopati yang meracuni tanaman (Monaco, 2002).
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan
tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak
diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain
yang ada di dekat atau disekitar tanaman
pokok tersebut (Ashton, 1991). Pendapat
para ahli gulma yang lain ada yang
mengatakan bahwa gulma disebut juga
sebagai tumbuhan pengganggu atau
tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan
kerugian.
Maka
olehnya perhatian kepada tumbuhan gulma perlu di sikapi dengan serius karena
hal ini yang merupakan banyaknya tanaman pertanian mengalami kerugian yang tak
terhingga. Sehingga petani (pelaku usaha pertanian) mengalami kerugian secara ekonomis
yang jumlah harga produksi tidak dominan dari pada hasil yang di usahakan yang
akibat dari ulah gulma atau tumbuhan tak di kehendaki kehadiranya tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian Gulma ?
2. Bagaimana Klasifikasi Gulma ?
3. Apa Saja Kerugian Yang Di Timbulkan
Oleh Gulma?
4.Bagaimana Cara Pengendalian Gulma
Secara Terpadu?
C.
Tujuan dan Manfaat
Hakekat dari niat di
buatnya makala ini yaitu agar penulis dan pembaca dapat memahami eksistensi
atau tata cara pengendalian gulma secara terpadu. Dengan demikian dapat memudahkan kita untuk
menghadapi masalah pertanian terkait dengan gulma. Selain itu inti atau maksud
dari pembuatan makala ini untuk memenuhi seruan tugas yang di berikan oleh
Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Gulma
Menurut
Klingman (1984) cit. T. Wahyudi dkk (2010), gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak
dikehendaki. Gulma juga didefinisikan sebagai tumbuhan yang kehadirannya
pada lahan pertanian dapat menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman
produksi. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya beragam bergantung
dari jenis tanaman yang diusahakan, iklim, jenis gulma, teknik budidaya yang
diterapkan serta faktor lainnya. Kehadiran gulma di lahan tembakau
Vorstenlanden sebenarnya tidak menjadi permasalahan yang serius karena teknik
budidaya yang diterapkan khususnya dalam pengolahan tanah dilakukan secara
intensif. ”Gejoh” untuk pemeliharaan tanaman atau dalam istilah lainnya
”dangir” selain berfungsi untuk menciptakan lingkungan pertumbuhan yang
diinginkan oleh perakaran tembakau (kondisi aerasi dan drainase yang optimum),
juga berfungsi untuk sanitasi lahan. Pada pelaksanaan perlindungan tanaman pun untuk menciptakan kebersihan lingkungan dilakukan tindakan preventif dengan
membersihkan gulma yang disinyalir dapat menjadi tempat persembunyian hama
maupun penularan penyakit.
Gulma memiliki
ciri khas diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, mempunyai daya saing yang
kuat dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidupnya, mempunyai toleransi
yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, mempunyai daya berkembang
biak yang besar secara vegetatif atau generatif, alat perkembangbiakannya mudah
tersebar melalui angin, air, maupun binatang, dan bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi
yang kurang menguntungkan.
Gulma didefinisikan sebagai kelompok
jenis tumbuhan yang hidupnya atau tumbuhnya tidak dikehendaki oleh manusia
karena dianggap mengganggu dan bisa merugikan hasil tanaman yang dibudidayakan
bersifat kuantitatif (kerugian dalam bentuk jumlah atau dapat diwujudkan dengan
angka) dan bersifat kualitatif (kerugian dalam bentuk kualitas hasil pertanian
yang tidak dapat diwujudkan dengan angka). Gulma juga dapat diartikan sebagai
Tumbuhan Pengganggu Tanaman Budidaya.
Beberapa tanggapan mengenai definisi
gulma ada beberapa pendapat yakni :
· Tumbuhan yang salah tempat.
· Tumbuhan yang tidak diinginkan.
· Tumbuhan yang tidak dikehendaki.
· Tumbuhan yang tidak diusahakan.
· Tumbuhan yang merugikan.
· Tumbuhan
tidak sedap dipandang mata.
· Tumbuhan
yang mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai positifnya.
· Tumbuhan yang belum diketahui
manfaatnya.
B.
Klasifikasi Gulma
Klasifikasi gulma atau pengelompokan gulma berdasarkan kesamaan aspek-aspek
biologi yang terkait dengan adaptasi lingkungan, kemampuan bersaing terhadap
tanaman pokok, atau responnya terhadap tindakan pengendalian, maka gulma
diklasifikasikan :
1. Berdasar sifat morfologi dan respon terhadap herbisida :
a. Grasses
(Kelompok rumput), yaitu jenis gulma dari suku Poaceae yang biasanya memiliki
ciri-ciri berdaun pita. Contoh : Famili Gramineae, Imperata cyllindrica (Alang-alang),
Paspalum konjugatum (Pahitan), Cynodon dactylon (Grinting).
b. Sedges (Kelompok teki), yaitu jenis-jenis gulma dari Famili
Cyperaceae. Contoh : Cyperus rotundus (Teki).
c. Broadleaf Weeds (Kelompok gulma berdaun lebar), yaitu kelompok gulma
selain dari famili Poaceae dan Cyperaceae. Umumnya dicirikan berupa tumbuhan
berkeping dua dan tidak berdaun pita. Contoh : Ageratum conyzoides
(Wedusan).
d. Fern (Pakisan), yaitu kelompok gulma yang berasal dari keluarga
pakisan/paku-paku.
2. Berdasar daur hidup
a). Annual Weeds
(Gulma semusim), memiliki ciri-ciri : umur kurang dari 1 tahun, organ
perbanyakan berupa biji, umumnya mati setelah biji masak, produksi biji
melimpah untuk regenerasi. Contoh : Eluesine indica, Cyperus iria,
dsb.
b). Biennial Weeds (Gulma dwi musim), memiliki
ciri-ciri : umur 1 – 2 tahun, tahun pertama membentuk organ vegetatif dan tahun
kedua menghasilkan biji. Contoh : Typhonium trilobatum, Cyperus
difformis.
c).Perennial Weeds (Gulma tahunan), memiliki ciri-ciri
: umur lebih dari 2 tahun, perbanyakan vegetatif dan atau generatif, organ
vegetatif bersifat dominasi apikal sehingga cenderung tumbuh pada ujung, bila
organ vegetatif terpotong-potong semua tunasnya mampu tumbuh. Contoh : Imperata
cyllindrica (Alang-alang), Chromolaena odorata, Cyperus rotundus.
3. Berdasarkan habitat
a) Terrestrial Weeds (Gulma darat)
b) Aquatic Weeds (Gulma air)
c) Areal Weeds (Gulma menumpang pada
tanaman)
d) Berdasarkan tipe cara tumbuhnya :
e) Erect / tumbuh tegak
f) Creeping / tumbuh menjalar
g) Climbing / tumbuh memanjat
4. Berdasarkan struktur batang
a) Herba / tidak
berkayu
b) Vines / sedikit berkayu
c) Woody Weeds / berkayu
C. Kerugian Akibat Gulma
Produksi tanaman pertanian, baik
yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyatataupun perkebunan besar
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dangulma. Kerugian
akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis
tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di
sampingfaktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang
disebabkanoleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari
kerugian total. Dinegara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja
tinggi, tetapi jugamempengaruhi persediaan pangan duniaTanaman perkebunan juga
mudah terpengaruholeh gulma, terutama sewaktu masih muda.Apabila pengendalian
gulma diabaikan samasekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu
akan rugi total.Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan
tanaman perkebunan akanmemperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen.
Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata
cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih
besar.Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil
unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk
prosesfotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas
maupunkuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi
dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %;
jagung 13 %;tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %.
Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat
penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.Gulma mengkibatkan
kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi
kemampuan berproduksi,terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur
hara dari tanah, cahaya dan ruanglingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya
pengotoran benih oleh biji-bijigulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh
gulma yang beracun bagitanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4.Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya
adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara
tanaman yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada
tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan
inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu
gulma yang tepung sarinyamenyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya
menambah tenaga dan waktudalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan
dari gulma yang menyumbat air irigasi.8. Gulma air mngurangi efisiensi
sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng
gondok ( Eichhornia crssipes).
Terjadi pemborosan air karena
penguapandan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8
kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air
dapat menimbulkan pulauterapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke
permukaan air, mengurangi zatoksigen dalam air dan menurunkan produktivitas
air.Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar
daripadakerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang
(Indonesia,India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya
dengan kerugian akibat hama.
D. Cara
Pengendalian Gulma
v Sistem pengendalian Gulma Secara Terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan
untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Dengan mendasarkan pada alternatif pengendalian yang tersedia, maka dipilih dua cara pengendalian yaitu pengendalian menggunakan
herbisida dan pengendalian secara mekanis.
Untuk mengendalikan jenis gulma yang
dominan yaitu gulma berdaun sempit digunakan herbisida purna tumbuh yang bekerja sebagai
racun sistemik berspektrum luas dan
berbahan aktif Isopropilamina glisofat 486 g/l.
Pengendalian
dengan herbisida purna tumbuh berbahan aktif isopropilamina
glisofat 486 g/. :
Berdasarkan pengamatan pada aplikasi herbisida, gulma yang diperlakukan
dengan semprot herbisida purna tumbuh berbahan aktif isopropilamina
glisofat 486 g/ dosis 50 cc/liter baru
menampakkan rumput pada kondisi bunga
yang mulai menguning seperti terbakar, tetapi belum mati. Untuk gulma
yang berdaun lebar gulma mati ditandai dengan mengeringnya daun. Pengendalian
gulma menggunakan herbisida pada saat areal tembakau siap untuk ditanami
ternyata belum bisa memberikan hasil yang nyata. Karena pengendalian ini
sifatnya mendesak untuk perlindungan tanaman (mengantisipasi kerugian yang
ditimbulkan akibat gulma) pada areal tembakau yang akan ditanami, maka tindakan
pengendalian menggunakan herbisida purna tumbuh yang diaplikasikan kurang
efektif untuk dilakukan. Maka kemudian diputuskan dilakukan
pengolahan tanah ulang dengan bajak menggunakan hand traktor. Kemudian
lahan dirata dan dapat ditanami tembakau. Setelah ditanami tanaman umur
H+7 – 10, saatnya dilakukan G1 (Gejoh / dangir 1) pertumbuhan gulma
pada lahan yang diaplikasi herbisida purna tumbuh laju pertumbuhan gulma lebih
lambat, dibandingkan
lahan yang tanpa aplikasi gulma atau yang hanya dilakukan pengolahan tanah
berulang saja.
Selain itu ada pula teknik
Pengendalian gulma secara terpadu diantaranya dapat dilakukan sebagai berikut:
1.Gulma
ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa.
Sekitar 2-3 minggu gulma yang sedang
tumbuh aktif disemprot dengan herbisida sistemik, seperti glifosat dengan
takaran 4-6 liter per hektar. Setelah 2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi
dalam barisan. Upaya penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida
pasca-tumbuh, seperti 2,4-D amina dengan takaran 1,5 liter per hektar yang
diaplikasikan pada umur 2-3 minggu setelah tanam padi.
2.Gulma
ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah.
Selanjutnya dilakukan penanaman padi
dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh, seperti Oxadiazon dengan
takaran 2 liter per hektar. Penyiangan dilakukan secara manual satu kali pada
umur 35 hari setelah tanam padi.
Ø Penyemprot Punggung
Alat penyemprot herbisida yang
paling banyak digunakan adalah alat penyemprot punggung. Alat ini terdiri dari
bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu.
Ø Nosel
Nosel yang tepat untuk aplikasi
herbisida adalah nosel polijet yang memenuhi pola semprot berbentuk kipas.
Nosel tersebut di bagi atas 4 macam warna, yaitu merah, biru, hijau, dan kuning
yang masing-masing menghasilkan lebar semprot optimum yang berbeda, sehingga
pemakaiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Jangan menggunakan nosel kembang dan
nosel kerucut karena tidak memberikan hasil semprotan yang baik.
Warna nosel
|
Lebar Semprotan (m)
|
Kesesuaian Penggunaan dalam Penyemprotan
|
Merah Biru
Hijau Kuning |
2,0 1,5
1,0 0,5 |
Seluruh areal (total) Pada barisan tanaman
Pada barisan tanaman Pada barisan tanaman dan setempat |
Ø Kalibrasi alat semprot
(sprayer)
Kalibrasi adalah menghitung/mengukur
kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus
dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah:
- Menghindari pemborosan herbisida
- Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat
penumpukan Herbisida
- Memperkecil pencemaran lingkungan.
Berikut adalah langkah-langkah yang
dapat ditempuh dalam melaksanakan kalibrasi:
a) Siapkan alat semprot yang baik
dengan jenis nosel yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya nosel polijet warna
biru lebar semprotnya 1,5 m.
b) Isi tangki alat semprot dengan
air bersih sebanyak 2,5 liter.
c) Pompa tangki sebanyak 10-12 kali
hingga tekanan udara di dalam tangki cukup penuh.
d) Lakukan penyemprotan pada areal
yang akan disemprot dengan kecepatan dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter
tersebut habis.
e) Ukur panjang areal yang dapat
disemprot dengan 2,5 liter air tersebut.
f) Lakukan penyemprotan sebanyak 3
kali dan hitung panjang serta luas areal yang dapat disernprot seperti contoh
berikut.
Panjang dan luasan areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter menggunakan
nosel polijet warna biru :
Ulangan
|
Panjang (m)
|
Luas (m2)
|
I II
III |
33 33
34 |
49.5 49.5
51 |
Rata-rata
|
33.3
|
50
|
Bila luas areal yang akan disemprot
adalah 1 hektar (10.000 m2 ), maka banyaknya air yang dibutuhkan adalah:
Volume air = 10.000 m2 x 2,5 liter air
1,5 m x 33,3m
= 10.000 m2 x 2 5 liter air
50 M2
= 500 liter/ha.
Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3
liter (3000 ml) per hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air
pencampur adalah:
Volume herbisida = 15 liter x 3000 ml
500 liter;
= 90 ml herbisida /15 liter air
Ø Cara penggunaan herbisida
Herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan
dengan benar sesuai
petunjuk, yaitu:
- Merata ke seluruh areal sasaran
- Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas
Ø Penggunaan herbisida dengan
memakai bahan pelarut air Penyemprotan
- Campurkan herbisida dan air dengan Takaran yang
benar
- Aduk hingga tercampur rata
- Semprotkan secara menyeluruh ke seluruh areal
pertanaman
Khusus untuk herbisida pra-tumbuh atau pasca tumbuh
pada padi sawah, air harus dalam keadaan macak-macak yang dipertahankan selama
4 hari setelah
penyemprotan.
Ø Pengusapan
Pada gulma yang tumbuh jarang tapi
berbahaya, cukup dengan mencelupkan sepotong kain pada larutan herbisida lalu
dieluskan sampai membasahi gulma tersebut.
Ø Penggunaan Herbisida Tanpa
Bahan Pelarut
Bentuk cair yang siap untuk
digunakan:
- Tidak memerlukan alat semprot
- Petakan sawah harus dalam keadaan tergenang 2-5 cm
- Percikkan herbisida ke kiri dan ke kanan
- Percikan herbisida yang jatuh ke air akan cepat menyebar membentuk lapisan tipis di dasar air
- Pertahankan genangan air selama 4 hari.
Ø Bentuk Butiran
- Dapat digunakan pada padi sawah
- Sawah harus dalam keadaan tergenang setinggi 2-5 cm
selama 4 hari
- Cara penggunaannya ditebar merata ke seluruh petakan
sawah
- Dapat membunuh biji gulma akan tumbuh/ berkecambah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kegitatan pertanian yang telah
menjadi tradisi masyarakat indonesia pada umumnya yang telah lama terus
diadakan pengembangan yang profresif demi tercapainya masyarakat petani yang
berdikari. Yang salah satu kegiatan yang menjadi perhatian serius yakni
penanggulangan hal-hal yang dapat mengganggu tumbuh kembangnya tanaman
pertanian.
Gulma sebagaimana yang kita ketahui bersama
adalah tanaman yang menjadi musuh utama bagi tanaman prioritas. Karena dengan
kehadiran gulma dapat mengganggu keberlangsungan tanaman vital. Kerugian-kerugian
akibat dari intervensi gulma telah tidak sedikit pada hasil pertanian yang
tidak jarang petani mengalami kerugian yang sangat signifikan sehingga
menjadikan petani mengalami kerugian akibat dari tidak seimbangnya antara
jumlah harga produksi dengan hasil produksi yang telah di upayakan. Tontonan ini
sudah menjadi biasa di kalangan masyarakat umum, dimana di setiap mereka
melakukan cocok tanam pasti gulma tidak lepas dari tanaman mereka.
Sehingga kadangkala para petani
sebagian merasa pasrah dengan keadaan yang menimpa yang pada akhirnya kerugian
pun tidak dapat di elakan. Maka olehnya itu pengendalian gulma yang secara
masif dengan metode yang pas perlu di galakan dan di suluhkan kepada para
petani demi tercapainya minimal tamaman sedikit terhindar dari ekspansi gulma .
Dan pengendalian secara terpadu
adalah salah satu upaya untuk bagaiman menghancurkan atau menghilangkan gulma
dari sekitar tanaman utama , agar tanaman prioritas dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik sehingga dengan demikian dapat memberikan kontribusi keuntungan
bagi para pelaku usaha tani.
B. Saran
Melihat perkembangan pertanian di
indonesia yang sangat minim, bahkan prospek pertanian kita ketika melihat data
BPS indonesia sangat krisis dan jauh tertinggal dalam hal pengelolaan pertanian
. Dan tidak mengherankan ketika impor bahan pangan sudah menjadi kebiasaan
negara di setiap waktunya. Dan saya sebagai mahasiswa pertania sangat prihatin
dengan keadaan negara kita saat ini. Berangkat dari persoalan di belakang saya
berharap kepada Bapak/Ibu dosen untuk lebih serius dalam memperhatikan plus
memperjuangkan agar bagaiaman pertanian indonesia khususnya daerah Sulawesi
Tenggara dapat berdikari minimal dalam bahan pangan, yang tentunya dengan
cara-cara yang jenius dan kreativ.
DAFTAR
PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)